Rabu, 03 September 2008

Analisis Kepribadian Tokoh Christ Gardner Dalam Film THE PURSUIT OF HAPPYNESS menggunakan Teori Humanistik Carl Rogers

I. SINOPSIS CERITA
Berangkat dari kisah nyata, mengisahkan perjuangan tokoh Chris Gardner untuk mengejar kehidupan yang lebih layak. Setelah sekian lama berkelut dengan dalam bisnis penjualan alat medis yang tidak terlalu menguntungkan, Chris terinspirasi untuk mendapatkan uang banyak dengan menjadi pialang saham. Tapi sebelum direkrut sebagai tenaga full-time, ia harus lebih dulu melalui proses magang tanpa digaji. Istrinya, Linda marah besar dengan kemunduran karir suaminya dan memilih pergi dengan membawa Christopher, putra mereka yang berusia lima tahun. tapi prioritas Chris sebenarnya bukan uang. Ia pernah bersumpah: “Aku bertemu ayahku sendiri untuk pertama kalinya pada waktu usiaku 28 tahun. Aku bertekad jika kelak aku punya anak, anak-anakku harus tahu siapa ayah mereka.” Idealisme itu ia pegang teguh. Ditengah keadaan serba kekurangan, ia mendahului Linda menjemput Christopher dari tempat penitipan anak berhiaskan gratiffiti “happyness” di Chinatown dan berkeras agar Christopher tetap tinggal bersamanya. Ketika ia tidak mampu lagi membayar sewa rumah sehingga harus mengungsi ke penampungan tunawisma bahkan tidur di toilet stasiun kereta, ia tetap membawa anaknya dan berusaha menjadi ayah yang baik. Baru pada akhir cerita, semua jerih lelah Chris terbayar. Ia berhasil menjadi pialang andal bahkan membuka firma sendiri. Tapi kesuksesan finansial yang datang belakangan itu hanya sekadar melengkapi kebahagiaan yang sudah ada bukan menciptakannya.


II. URAIAN SINGKAT TENTANG TEORI TIPE KEPRIBADIAN YANG DIGUNAKAN CARL ROGERS

Dasar teori:
The Phenomenological Perspective in Personality Theory
· Tingkah laku individu dapat dipahami hanya melalui persepsi subyektif dan kesadaran terhadap realitas à realitas obyektif secara sadar diterima dan diinterpretasikan oleh individu pada suatu waktu tertentu.
· Individu memiliki kapasitas untuk menentukan nasibnya. à individu bebas memutuskan kehidupan seperti apa yang diinginkan dalam konteks kemampuan dan keterbatasan yang bersifat bawaan.
· Manusia pada dasarnya baik, konstruktif à bergerak menuju diferensiasi yang lebih baik, maturity, autonomy
· Proses perkembangan yang terfokus pada realisasi dari kemungkinan dan potensi dalam diri sepanjang masa kehidupan à pandangan positif dan optimistic (humanistik)

Person Centered Theory – Pandangan Rogers tentang Human Nature
· Manusia pada dasarnya konstruktif, bertujuan, bergerak maju, realistic dan dapat dipercaya.
· manusia memiliki kecendrungan dasar yaitu mencapai aktualisasi diri.
· person adalah kekuatan energi aktif yang berorientasi pada goal masa depan dan self directed purposes
· melalui terapi manusia dikembangkan menuju kodratnya yang alami yaitu optimistic dan humanistic.
· Pendapat Rogers: Individu pada dasarnya bergerak maju (pada kondisi yang tepat) akan merealisasikan semua potensi yang dimiliki menuju kondisi yang sehat secara psikologis).

Actualizing Tendency as Life’s Master Motive
· Semua tingkah laku didorong dan dibimbing oleh satu motive yaitu actualizing tendency (sebagai motivational construct)
· Actualizing tendency secara natural terekspresikan melalui sejumlah tingkah laku
· Karakteristik actualizing tendency:
1. Berakar dalam proses fisiologis
2. Tidak semata-mata bertujuan untuk mengurangi ketegangan tetapi juga peningkatan ketegangan
· Self actualizing tendency adalah proses sepanjang hidup manusia dalam merealisasikan potensi dirinya.

Penekanan Pada Pengalaman Subyektif
· Hubungan antara pengalaman dan tingkah laku
Tingkah laku individu tidak dapat dipahami tanpa referensi dari interpretasi subyekyif individu terhadap kejadian-kejadian yang dialami.
· Lebih menekankan pada pengalaman saat ini
Tingkah laku Hostile:
memandan dunia sebagai tempat yang berbahaya.
merasa tidak dicintai.
· Self: Self concept dan Ideal self
Perkembangan Self Concept
· Evaluasi dari orang lain, terutama pada masa invancy dan early childhood à positif atau negative self image
· Struktur self terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan terutama figure yang significant
· Mampu membedakan “diri” dan “bukan diri” à berkembang self concept
· Elemen Penting dalam self concept
· Need for positive regard (universal)
· Need for positive self regard (dipelajari)



SELF CONSISTENCY & CONGRUENCE SELF & EXPERIENCE
SELF CONCEPT
CONGRUENCE

Kesesuaian antara self concept & experience




Konsisten



Actualization
EXPERIECE
INCONGRUENCE
keadaan disharmoni yang terjadi karena adanya kesenjangan.
Œ
Threats

Respon: tension, convension & guilt
tidak disadari – cemas & personality disorganization.

Kecemasan: respon emosional terhadap threats sebagai akibat dari diskrepansi antara pengalaman, struktur self mencapai kesadaran.

Defence: respon behavioral terhadap threats dengan tujuan memelihara integritas struktur self.

Bentuk defence:
a. Perceptual distortion
Yaitu mengubah makna yang terdapat dalam pengalaman agar sesuai dengan self concept
b. Denial
Yaitu menolak eksistensi threats yang bertentangan dengan struktur self.

Personality Disorganization & psychopatology
▪ Pengalaman struktur self – sangat tidak konsisten
▪ Pengalaman struktur self - sering terjadi incongruence
▪ ANXIETY (mengganggu kehidupan sehari-hari) à neurotic
▪ Incongruence antara self dan pengalaman terjadi terus menerus à defence tidak berfungsi à self concept menjadoi goyah/ hancur à psychotic
▪ Disorganisasi kepribadian bisa terjadi secara tiba-tiba atau berangsur-angsur.
▪ Tingkah laku yang tidak terorganisir merupakan akibat dari incongruence antara self dan penglaman.
▪ Besarnya diskrpansi antara self dan pengalaman akan menentuka derajat keparahan gangguan psikologis yang akan dialami.


III. PEMBAHASAN (ANALISA KASUS)
Dalam teori Rogers, ia mengemukakan bahwa tingkah laku individu dapat dipahami hanya melalui persepsi subyektif dan kesadaran terhadap realitas yaitu realitas obyektif secara sadar diterima dan diinterpretasikan oleh individu pada suatu waktu tertentu. Bila kita kaitkan dengan tokoh Christ Gardner, ia sebenarnya bukan berasal dari keluarga yang bahagia, ia tidak mengalami pengasuhan yang indah bersama kedua orang tuanya dari kecil karena bertemu ayah kandungnya saja ketika ia berusia 28 tahun dimana seharusnya ia mengalami kekecewaaan yang berat atau rasa marah dan dendam yang besar terhadap ayahnya itu dan mungkin saja Christ trauma dari masalahnya itu dan dapat membuatnya menjadi orang yang mengalami gangguan psikologis karena masa lalunya yang tidak sempurna dan pahit, kalau dikaitkan dengan teori Carl Rogers mengenai self consistency dan congruence self dan experience maka hal ini yang dinamakan adanya incongruence dari experiencenya. Ada threats (ancaman) yang diperhadapkan padanya yaitu threats tidak survive dalam hidup, anaknya tidak mendapatkan penghidupan yang layak sehingga yang dapat memungkinkan timbulnya respon tension, confission dan perasaan bersalah karena tidak bisa menjadi ayah yang baik sehinggga bisa saja membuatnya dapat mengalami gangguan kepribadian, neurotic,dsb. Namun, ada sesuatu di dalam diri Christ yang memampukannya untuk dapat “mendobrak” segala kepurukan masa lalunya dan jika ditelaah lagi dengan teori Rogers maka hal itu adalah ia memiliki self concept yang congruence dan mengaktualisasikan dirinya dengan berbagai usaha-usaha yang terus ia lakukan untuk membahagiakan anaknya. Seperti dalam kutipan perkataannya dalam film bahwa “Aku bertemu ayahku sendiri untuk pertama kalinya pada waktu usiaku 28 tahun. Aku bertekad jika kelak aku punya anak, anak-anakku harus tahu siapa ayah mereka.” lalu kutipannya perkataannya yang lain ketika usahanya dalam terus dapat survive adalah “Don’t ever let someone tell you, you cant’t o something..” (”jangan pernah biarkan orang mengatakan bahwa kau tidak bisa/ mampu..”) disini kita tidak melihat bahwa ia menjadi orang yang putus asa, confussion, guilty feeling yang terus-menerus atau akan melakukan hal yang sama kepada anaknya karena perlakuan ayah Christ dulu tetapi ia malah bergerak menuju diferensiasi yang lebih baik, ia bersikap dewasa dan bijak bahkan mandiri (terlihat ketika istrinya telah meninggalkannya, ia mau mengurusi anaknya semua tugas rumah tangga ia lakukan, tidak mengeluh dan pantang menyerah). Ia berjuang untuk terus mendapatkan kehidupan yang layak untuk keluarganya walaupun menghadapi berbagai rintangan, masalah mulai dari istrinya yang meninggalkannya, akhirnya ia tidak mempunyai rumah karena tidak mampu lagi membayar sewa kontrakan dan akhirnya menjadi tuna wisma.

Dalam teori Rogers hal itu menunjukkan juga bahwa Individu memiliki kapasitas untuk menentukan nasibnya à individu bebas memutuskan kehidupan seperti apa yang diinginkan dalam konteks kemampuan dan keterbatasan yang bersifat bawaan dan karena manusia pada dasarnya baik, konstruktif. Christ memperlihatkan bagaimana ia terus bergerak menuju yang lebih yaitu mencari pekerjaan yang lebih baik ketika ia menyadari bahwa dengan keadaan hidupnya yang memperhatikan, tidak mampu memberikan kebutuhan yang cukup buat keluarganya, ia terus berusaha untuk mencari pekerjaan, apapun usaha yang ia lakukan walaupun awalnya hanya magang dulu tanpa diberi bayaran. Christ mempelihatkan sesuatu yang konstruktif yaitu optimistik, bergerak maju dari dalam dirinya sesuai apa yang dikatakan oleh teori Rogers yang membahas mengenai human nature. Proses pengaktualisasian dirinya terlihat saat ia berhasil menjadi pialang saham sampai berhasil membuka firma sendiri tapi sebenarnya menurut cerita penghayatan keberhasilannya yaitu dapat memberikan yang terbaik buat keluarganya khususnya pada anaknya, ia tidak hanya melihat keberhasilan secara materi tetapi lebih dari itu yaitu kebahagiaan. Itu semua dikarenakan adanya kekuatan energi yang aktif yang berorientasi pada goal masa depan dan self directed purpose.


IV. KESIMPULAN
Dari pembahasan analisa kasus kepribadian Christ Gardener secara konsep teori Carl Rogers adalah Christ mampu memperlihatkan bahwa dirinya memiliki kapasitas untuk menentukan nasibnya sendiri karena manusia itu sendiri adalah baik, konstruktif, mempunyai sikap yang optimistic dan perilaku-perilaku yang nampak itu dalam bentuk usahanya meraih kebahagiaan merupakan actualing tendencynya. Ia telah berhasil melakukan terobosan yang baru dalam hidupnya dengan menjadi pialang saham sampai mempunyai firma sendiri, menjadi ayah yang baik dan teladan bagi anaknya, Christopher. Segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi karena adanya diskrepansi antara pengalaman, struktur self mencapai kesadaran seperti mengalami tekanan atau perasaan bersalah yang terus menerus tidak terjadi karena Christ memiliki self concept yang baik yang mengarahkan hidunya terus optimis, konstruktif sehingga memampukannya untuk terus dapat survive dan mencapai kebahagiaan itu.

2 komentar:

ikapsikologi.blogspot.com mengatakan...

film nya pinjam di mana?rental film biasa ada?

ms. shulamithe mengatakan...

maaf mbak,, baru baca commentnya... hehee
filmnya emang dah lama sih, tahun 2006.. ada koq kaya'ny di rental coba cari aja,, sangat inspiratif.. tp mungkin dah dapet kali y wong comenntny dr bulan kapan hehee...